News Update :
Home » » Hikmah Ramadhan Kejujuran Amanah Dan Mujhid-Muzhid

Hikmah Ramadhan Kejujuran Amanah Dan Mujhid-Muzhid

Sabtu, 27 Juli 2013 01.23

Assalamu’alaikum, all of you!!

Tiada terasa ibadah puasa ramadlan telah kita tempuh dengan berjalan aman, slamet, lancar, dan barokah. Sebagaimana telah diketahui bahwa puasa itu adalah ibadah yang tersembunyi di dalam jiwa yang dilakukan guna menahan hawa nafsu dari segala keinginan. Pekerjaan menahan itu tidak diketahui seorang pun, selain Alloh Yang Maha Perkasa. Oleh karena itu, ibadah puasa sangat besar artinya serta mengandung rahasia dan hikmah yang tidak sedikit, dan berguna bagi pelakunya dan masyarakat umum.


Setidaknya ada dua ranah hikmah yang mampu disentuh oleh ibadah puasa kita. Pertama, hikmah yang menyentuh aspek individual behavior. Dan yang kedua adalah hikmah yang menyentuh aspek social behavior.

Pada aspek individual behavior, puasa memberikan hikmah—setidaknya—tentang kejujuran, amanah dan mujhid-muzhid. Kejujuran merupakan syarat dasar untuk membangun integritas individu, disamping untuk dapat menumbuhkan iklim yang kondusif bagi pengembangan social behavior.

Kejujuran mempunyai dua domain yakni internal honesty dan eksternal honesty. Internal honesty merupakan kejujuran yang diperlukan dalam rangka merumuskan apa sebenarnya yang diinginkan atau yang akan dicapai. Hal ini diperlukan dalam upaya menghindari terjadinya ketidaksesuaian antara perkataan dan perbuatan yang mengakibatkan erosi integritas. Sehingga kita lebih dapat memahami kelebihan dan kekurangan kita yang akan memudahkan kita merumuskan tujuan dan langkah-langkah pelaksanaannya. Sementara eksternal honesty, disamping diperlukan untuk menjaga integritas, juga merupakan syarat terwujudnya keutuhan dan kekuatan kelompok masyarakat. Dengan tingkat kejujuran yang tinggi akan menjadi modal sosial, sedangkan tingkat kejujuran yang rendah akan menjadi social liability.

Puasa melatih kita agar jujur. Hal ini senada dengan Sabda Rasuulullah SAW di dalam hadits Bukhori dan Muslim yang berbunyi, “Barang siapa yang tidak mau meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, tiadalah keperluan bagi Alloh, supaya ia meninggalkan makan dan minum”.

Amanah diperlukan dalam rangka membangun kemampuan bekerja sama untuk terjadinya peningkatan dalam pengembangan kapasitas. Pengembangan kapasitas akan dapat terwujud hanya bila masing-masing mempunyai kemampuan menjaga amanat sekecil apa pun amanat yang diembannya. Ketidakmampuan mengemban amanat hanya akan memudahkan terjadinya konflik yang pada gilirannya akan menumbuhkan energi negatif yakni energi yang hanya menguras tenaga tanpa menghasilkan apa pun apalagi menghasilkan manfaat. Kemampuan mengemban amanah akan mampu menghasilkan mutually trust dan selanjutnya menghasilkan energi positif secara kumulatif dan menghasilkan hal yang konstruktif atau kemampuan problem solving.

Sebagaimana diketahui bahwa ibadah puasa merupakan amanat Alloh yang dipercayakan-Nya kepada hamba-Nya yang tidak boleh disia-siakan. Sesorang yang dapat memelihara amanat atau rahasia yang dipertaruhkan kepadanya, yang terletak di dalam dirinya sendiri yang tidak dapat dilihat oleh siapa pun juga kecuali oleh Alloh, berarti telah sanggup memegang amanah dan memegang kepercayaan yang dilihat manusia.

Apabila amanat batin telah dipelihara, apalagi yang lahir insya alloh akan dapat lebih terjaga. Amanat yang memelihara amanat batin tersebut menandakan bahwa ia adalah seorang yang berbudi luhur dan berjiwa bersih karena takut jatuh ke dalam lembah kehinaan dan takut hilang kehormatannya.

Mujhid – Muzhid sejatinya adalah akumulasi usaha maksimal yang dapat menyelesaikan persoalan atau kebutuhan hidup seseorang plus ketrampilan dalam mengelola pengeluaran, yakni mampu memahami perbedaan antara aset dan beban.

Seseorang yang membiasakan sedikit makan dan minum, serta membiasakan menahan haus dan lapar, ia belajar berhemat dan mengurangi belanja dari yang biasa. Ia dapat belajar menggunakan hartanya untuk sesuatu yang bermanfaat. Dengan jalan berhemat, ia akan terhindar dari dorongan hawa nafsu yang senantiasa membawa manusia ke lembah kedurhakaan dan penyesalan.

Sebaliknya, seseorang yang tidak mau melatih dirnya mengurangi makan dan minum, hawa nafsunya bertambah besar. Ia terpaksa mati-matian berusaha mencari makanan tiap hari untuk memenuhi kehendak perutnya yang tidak mau kosong itu, seolah-olah ia telah berhutang kepada perutnya. Untuk memenuhi hutang perutnya itu, ia terpaksa melakukan jalan yang tidak halal. Kadang-kadang ia berani menjebol pagar, menempuh jalan yang haram, menggedor atau mencuri barang orang lain, mencopet di tengah pasar, untuk dapat membayar hutang pada perutnya. Demikianlah, akibatnya tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya dan membutakan hati dari melihat yang halal dan yang haram.

Demikian Percikan Permenungan yang bertajuk Hikmah Ramadlan (#1) kali ini. Muga2 Alloh paring aman, slamet, lancar, dan barokah. Amiin.

Alhamdulillahi Jazaa Kumullohu Khoiron.

Wassalam.
YOU MIGHT ALSO LIKE

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright LDII Perak - Surabaya Utara 2009 -2011 | Design by Rizky Oktavian