Salah satu prestasi dunia membawa nama baik bangsa Indonesia menjadi juara ke-2 dalam ajang kontes robot se-asia pasific atau yang biasa disebut ABU Robocon di Hanoi – Vietnam 2007. Kontes Robot Internasional 2007 itu diikuti 19 tim dari 18 negara, seperti Vietnam (dua tim), Indonesia, China, Bangladesh, Brunei Darussalam, Mesir, Fiji, Hongkong, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Macau, Malaysia, Mongolia, Nepal, Arab Saudi, Sri Lanka, dan Thailand.
Hal yang membanggakan lainnya termasuk salah satu dari tim Indonesia tersebut adalah mahasiswa yang aktif dalam pengajian di LDII yang sekarang statusnya seorang mubalegh/ustadz dan berhasil menyelesaikan kuliahnya dalam waktu 4 tahun dengan IPK 35.6 cumlaude di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (PENS-ITS).
Ini menunjukkan bahwa cita-cita menjadi mubalegh sarjana tidak menghalangi kita dalam meraih prestasi nasional bahkan internasional. Prestasi akademis juga bisa di raih dengan mudah atas semua pertolongan Allah dan ikhtiar kita dalam menggapainya.
G_RUSH1 G_RUSH2
Berikut ini kisah prestasi dunia yang telah di ukir para pemuda bangsa untuk mengharumkan nama Indonesia di mata Internasional.
HANOI, Berbagai kisah menarik mengiringi keberhasilan Tim Robot G-Rush ITS menduduki posisi runner-up ABU Robocon 2007 di Hanoi, Vietnam. Mulai demam mendadak hingga menjalani puasa Daud mengiringi perjuangan mereka
Kamar nomor 305 dan 306 Hotel Nahn Klach La Than, Hanoi, menjadi saksi bisu perjuangan tim robot ITS yang berlaga di ajang Asia Pacific Broadcasting Union (ABU) Robocon 2007. Di dua kamar itulah, para jago robot dari Politeknik Elektro Negeri Surabaya (PENS) ITS bermarkas selama kompetisi berlangsung.
Menyusun strategi, berdoa, dan menghilangkan ketegangan, semua dilakukan di dua kamar tersebut. Memang tak semua anggota tim merasa tenang menghadapi pertandingan yang berlangsung 24-27
Agustus itu. Apalagi mereka membawa nama negara. Meski ada yang berusaha menutupi dengan bernyanyi atau mendengarkan musik, dari wajah mereka jelas terpancar ketegangan.
ldii-berprestasi
Karena itu, tak jarang mereka lebih memperbanyak ibadah. Itu pula yang dilakukan Firdaus Nurdian Syah. Daus, sapaan akrabnya, merupakan personel yang paling rajin beribadah. Kopiah selalu nangkring di kepalanya. Selama lima hari berada di Hanoi, setidaknya dua hari digunakan Daus untuk berpuasa. “Saya selalu puasa Nabi Daud (sehari puasa sehari tidak, Red). Kesuksesan semuanya Allah yang menentukan,” kata mahasiswa yang mengaku baru pertama pergi ke luar negeri itu.
Malam pertama di Hanoi digunakan tim G-Rush untuk beradaptasi. Tim yang beranggota lima cowok, yakni Pramudya Airlangga, Marsudi Handoyo, Firdaus Nurdian Syah, Andik Hermawanto, dan Ali Murtadlo, tersebut berusaha rileks. Pramudya selaku ketua tim sering mengeluarkan joke-joke segar untuk menghilangkan kepenatan setelah menempuh penerbangan selama lima jam. ”Wah, cewek Vietnam cantik-cantik. Bisa bawa satu ke Indonesia nanti,” guraunya.
Angga juga menyempatkan berkenalan dengan tim dari negara lain. Dia yang pernah memperkuat tim Indonesia di Malaysia tahun lalu juga bersua dengan kenalannya dari Malaysia. “Wah, ketemu lagi. Sekarang saya ketua tim,” sapa Angga kepada salah seorang personel tim dari Malaysia.
Suhu malam di Hanoi yang saat itu mencapai 27 derajat celsius membuat kelima personel kedinginan. Untuk mengatasi hal tersebut, Ali Murtadlo makan sebanyak-banyaknya. Apalagi menu yang disajikan pihak hotel cukup bervariasi. “Dingin-dingin enaknya makan nasi goreng,” kata Ali yang bertampang kalem itu.
Sebelum tidur, seluruh anggota tim berdoa bersama. Setelah itu mereka salat isya berjamaah, dilanjutkan tadarus Alquran. “Kalau secara teknologi, robot kami sudah canggih. Tapi, yang menentukan adalah Allah,” tutur Daus yang memimpin doa bersama tersebut. Kemudian mereka langsung istirahat. Sebab, esoknya mereka harus melakukan running test.
Sabtu pagi, 25 Agustus, seluruh anggota tim tampak segar. Usai makan pagi, mereka langsung mengutak-atik robot untuk persiapan running test yang dijadwalkan siang. “Pokoknya semua robot harus siap,” ujar Angga.
Persiapan menjelang running test tersebut merupakan saat-saat yang menegangkan. Tampilan robot dari negara lain sempat membuat keder tim G-Rush. “Wah, robot tim lawan sangat kukuh. Apa bisa ya kita menang?” kata Daus setengah ragu.
Menjelang running test, Daus tak pernah lepas dari robot manualnya. Dia terus mengutak-atik robot setinggi satu meter tersebut. Pria kelahiran Surabaya itu memang diberi tugas sebagai driver robot manual tim G-Rush. “Pokoknya, robotku gak boleh kalah,” tuturnya.
its-berprestasiSetelah berjuang habis-habisan, robot G-Rush akhirnya gagal menjadi juara pada ajang Asia Pacific Broadcasting Union (ABU) Robocon 2007 di Hanoi, Vietnam. Pada babak final kemarin, robot karya mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (PENS-ITS) tersebut gagal mengatasi ketangguhan wakil Tiongkok
Wartawan Jawa Pos Deddy H. Syahrul yang meliput langsung acara tersebut di Hanoi melaporkan, kekalahan dramatis itu membuat anggota tim lunglai. Tim yang terdiri atas Pramudya Airlangga, Marsudi Handoyo, Firdaus Nurdian Syah, Andik Hermawanto, dan Ali Murtadlo tersebut langsung menangis begitu robot andalannya kalah.
Menkominfo Muhammad Nuh yang sejak awal bersemangat menyaksikan jalannya final juga hanya bisa geleng-geleng kepala.
resized_200x150_Grush1Ketua tim robot, Pramudya Airlangga, menyayangkan kekalahan tersebut. Dia menilai tim juri kurang adil dalam pertandingan tersebut. Bahkan, Angga -sapaan akrab Pramudya Airlangga- sempat memprotes ketidakadilan tim juri tersebut. “Semestinya kami bisa menang,” ujarnya.
Dalam pertandingan final kemarin, robot G-Rush sempat terhalang blocker lawan dan tak bisa bergerak. Marsudi langsung meminta status retry (setting kembali) kepada juri. Tanpa alasan jelas, permintaan tersebut ditolak mentah-mentah. “Apa alasannya? Itulah yang kami protes kepada tim juri,” tegasnya.
Tak pelak, “ngadatnya” tim G-Rush tersebut membuat robot The Inspire Team dari Tiongkok leluasa menguasai arena. Tak berselang lama, robot karya mahasiswa Xian Jiaolong University tersebut mampu membentuk Victory. Kemenangan pun akhirnya melayang ke Tiongkok. “Kami memang kurang memperhatikan blocker lawan. Mestinya kami pakai strategi yang lain,” ungkap Angga.
Sebelumnya, di semifinal, Indonesia mampu menaklukkan tim Malaysia dengan skor 12-10. Tim Malaysia yang lolos ke babak semifinal setelah mengalahkan tim Jepang, tak mampu menghentikan strategi 1, 2, 3 yang diterapkan tim G-Rush. ” Strategi tersebut memang kami simpan pada babak sebelumnya,” jelasnya.
Dalam strategi tersebut, ritme laju kecepatan lawan dihitung, lantas disesuaikan gerak blocker milik G-Rush.
Optimisme tinggi sebenarnya melambung sejak babak penyisihan ketika G-Rush berhasil memecundangi wakil Bangladesh dengan skor telak, 2-0 (14-4). Dengan hanya mengandalkan tiga di antar empat robot, G-Rush langsung menyerobot dan mengubrak-ngabrik daerah pertahanan lawan. Bisa ditebak, robot Bangladesh tak mampu mengimbangi kecepatan robot G-Rush.
Memasuki babak perempat final, robot G-Rush semakin giras. Walau kekuatan baterai sempat terganggu akibat terkena air hujan, hal itu tak membuat kemampuan robot berkurang. Dengan menggunakan kecepatan penuh, G-Rush langsung memulai dengan strategi offensive. “Blocker sengaja diluncurkan agar lawan tak mampu mencapai victory,” kata Angga.
Permainan offensive yang diperagakan G-Rush ternyata membuat lawan terhenyak. Bahkan, salah satu robot milik Thailand yang dihadapi pada babak itu terpelanting karena tak mampu menjaga keseimbangan. “Ini ajang balas dendam kekalahan kami tahun lalu,” tegasnya.
Asisten Direktur III PENS ITS Tri Budi Susanto menyatakan, tim PENS ITS telah bekerja maksimal. Kekalahan tim G-Rush dalam partai final bukan semata-mata disebabkan persoalan teknologi, tapi strategi dan taktik. “Sebenarnya kemampuan robot G-Rush sudah cukup istimewa. Tim yang ada pun cukup kompak. Tapi, strategi tim, tampaknya, mampu dibaca lawan, sehingga akhirnya kami kalah,” jelasnya.
Cuaca buruk sempat membuat pertandingan yang digelar di Quan Ngua Sports Palace itu terganggu. Bahkan, jalan penghubung antara arena pertandingan dengan pit stop sempat ambruk karena dit
erjang angin. Sontak, beberapa tim, termasuk tim Indonesia, sulit membawa robot masuk ke dalam arena.
Akibatnya, Indonesia nyaris terlambat ketika bertanding melawan Thailand. “Itu juga salah satu kendala teknis yang membuat kesiapan tim G-Rush kurang maksimal,” ungkap Endra Pitowarno, dosen PENS ITS yang bertindak sebagai observer tim G-Rush.
juara aburobocon
Mengenai penyebab kekalahan, dia menilai kesalahan yang dilakukan tim adalah menggunakan strategi yang sama. Akibatnya, strategi tersebut mampu dibaca tim lawan. Padahal, sebenarnya, tim G-Rush mampu lebih cepat menguasai arena. “Selain itu, tim G-Rush kurang tenang. Emosi tim masih kurang terkontrol,” jelasnya.
Saat diwawancarai terpisah, Muhammad Nuh berjanji mengusahakan ABU Robocon 2009 bisa diselenggarakan di Indonesia. Dia yakin kegiatan tersebut tidak akan mengganggu jalannya Pemilu 2009. “Kalau India yang tidak pernah menjadi juara bisa menjadi tuan rumah pada 2008, mengapa kita tidak?” ujarnya.
Untuk diketahui, tim robot Indonesia pernah menjadi juara dalam ABU Robocon 2001 di Jepang. (dedy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar